Rabu, 24 Februari 2010

Dampak Pelaksanaan WISMP di Kab. Gunung Kidul


Di Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) SP. Karanggumuk terjadi pencetakkan lahan sawah baru sekitar 35 ha karena dibuatnya saluran baru sepanjang 549 M yang pekerjaannya dikontrakkan Dinas PU kepada GP3A Manunggal. Sedangkan sumur pompanya dibangun pada tahun 2008 atas biaya APBD Provinsi. Daerah ini sebelumnya hanya merupakan tanah kering/tegalan yang hanya mengandalkan air tadah hujan. (berdasarkan keterangan yang diberikan Pak Sarnodi selaku Ketua GP3A Manunggal pada saat konsultan IDPIM melakukan monitoring di kab. Gunung Kidul tanggal 17 Februari 2010).

Di Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) SP. Karanggumuk ini juga ditemui keberhasilan salah satu petani yang akrab dipanggil bu Ani. Bu Ani telah menggarap lahan sawah seluas 5 ha dengan berbagai tanaman padi pada musim penghujan dengan produktivitas sebesar 9-10 ton WKP per hektarnya dengan harga jual sebesar 1700 per kg, yang sebelum adanya program WISMP kawasan ini hanya ditanami ubi kayu. Untuk tanaman holtikultura pada waktu musim kemarau malahan memberikan hasil yang sangat menggembirakan terutama untuk tanaman jagung manis yang dipanen muda dengan produktivitas 60.000 tongkol dengan hargajual Rp 500 per tongkol dn batangnya untuk pakan ternak yang dijual denga harga Rp 200 per batang. Ini merupakan hasil ganda baik dari jagung maupun batangnya serta mempermudah petani dalam memberikan pakan pada ternak peliharaannya. Kalau dihitung-hitung, pendapatan dari usaha tani jagung manis ini adalah sebagai berikut:

Pendapatan dari jagung manis: 60.000 x Rp 500,- = Rp 30.000.000,-, sedangkan pendapatan dari batang jagung manis untuk pakan ternak: 60.000 x Rp 200,-= Rp 12.000.000,-. Sehingga total pendapatan dari usaha tani jagung manis adalah Rp 42.000.000,-

Selain itu untuk mengantisipasi manakala harga jagung manis turun, ibu Ani juga menanam sayuran seperti cabai merah, kacang panjang, terong dan timun yang dipasarkan sendiri ke pasar induk di kota Jogjakarta. Hal ini juga ternyata memberikan kontribusi pendapatan yang cukup menggembirakan. Hal ini merupakan wujud nyata peningkatan pendapatan petani melalui usaha tani yang mereka lakukan. Cerita keberhasilan diatas tidak terlepas dari bimbingan dan pendampingan yang dilakukan TPM di P3A Karanggumuk. Karena itu para petani berharap bahwa program pendampingan yang dilakukan oleh TPM tidak terbatas waktunya (hanya 6-7 bulan efektif), sehingga pada saat P3A membutuhkan TPM selalu ada untuk siap membantu. (OTD 23/02/2010)

Senin, 15 Februari 2010

Monitoring IDPIM ke Kabupaten Magelang


Pada hari kamis 11 Februari 2010, tim IDPIM mengadakan kunjungan ke kabupaten Magelang. Kunjungan diawali dengan pertemuan di kantor Bappeda Kabupaten Magelang yang dihadiri oleh Bp. Fahrul (Bappeda), Bp. Mirza Sidarta (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Kehutanan), Bp. Octavianus TD (IDPIM Jakarta), Bp. Sudjar (PTL IDPIM Jawa Tengah), Bp. Sunaryo (Monev Specialist), Bp. Wahyu Widodo (Community Develp. Specialist) serta Bp Ferly dan Ibu Rifa (asisten IDPIM Jawa Tengah). Pertemuan dilanjutkan ke Daerah Irigasi Sidandang untuk menemui pengurus GP3A Rukun Tani.
Dari hasil pertemuan dapat dijelaskan beberapaha hal sebagai berikut:
  1. Bp Fahrul (Bappeda) menjelaskan bahwa diharapkan 2010 mendapat penambahan pagu anggaran agar program kegiatan yang sudah direncanakan melalui AWP dapat direalisasikan. Di TA.2009 baru bisa melaksanakan pelatihan PSETK di bulan Oktober 2009, sedangkan pelaksanaan penyusunan PSETK tidak bisa dilaksanakan karena dikhawatirkan tidak bisa melakukan pencairan dana mengingat terlalu dekatnya batas akhir pencairan dana. KOMIR sudah terbentuk pada awal 2009 tapi belum operasional. Direncanakan kegiatan perkuatan Komir di tahun anggaran 2010 melalui APBD.
  2. Bp. Mirza Sidarta (Dinas Pertanian) menjelaskan bahwa setelah 2 tahun WISMP berjalan dapat dilihat bahwa Kelembagaan P3A yang pada umumnya dimasa lalu hanya sekedar papan nama, saat ini sudah dapat dilihat aktivitasnya, bahkan sudah menjadi sumber harapan baru bagi petani di kabupaten Magelang. Selain itu melalui WISMP, dimungkinkan adanya sinergi antara fungsi distribusi air dan fungsi peningkatan kualitas usaha tani sehingga mendorong petani untuk menjadi anggota P3A guna mewujudkan kelembagaan petani yang tangguh. Di Daerah Irigasi Sidandang, ada pengucuran dana dalam bentuk KSO ke GP3A Rukun Tani senilai 50 juta untuk pekerjaan lining tersier yang menghasilkan 292 m saluran dari 235 m yang disepakati dalam perjanjian pekerjaan (hasil pekerjaan terlihat dalam gambar disamping atas). Dinas Pertanian banyak mendapat manfaat dari keberadaan TPM terutama berkaitan dengan proses revitalisasi P3A/GP3A. TPM juga membantu berjalannya organisasi P3A/GP3A. Telah dilakukan revitalisasi 42 P3A, 3 GP3A, serta pembentuka LEPLI di 3 desa yaitu desa Windusari, desa Banjarsari, dan desa Sumberarum. Proses legalisasi melalui penetapan badan hukum di Pengadilan Negeri terhadap 3 GP3A dan 12 P3A. Pada tahun 2010 direncanakan merealisasikan 2 dana investasi Agribisnis ke GP3A Rukun Tani yaitu untuk Pengolahan dan Pengemasan Beras, juga untuk Industri Kecil Tepung Ubi Jalar.
  3. Pak Rohmat Budiono (Pengurus GP3A Rukun Tani) menjelaskan bahwa Pemilihan Ketua/Pengurus GP3A yang baru dilaksanakan secara demokratis melalui voting diantara P3A yang hadir. Penerapan teknologi hemat air melalui teknologi budidaya SRI. Manfaat yang dirasakan setelah diterapkannya teknologi ini adalah Bertambahnya daya jangkau air, peningkatan produktivitas menjadi 5,9 ton/ha dari produktivitas semula 4,46 ton/ha, terjadi pula peningkatan produksi rata-rata sebesar 1,54 ton/ha, tambahan penghasilan Rp 771.140 / tahun, atau sejumlah Rp 308.456 / musim panen yang dinikmati oleh 675 KK. Telah terjalin kemitraan dengan PT. Branita Sandhini untuk memproduksi benih jagung.
  4. Muchlasi (TPM) memberi keterangan bahwa Respons terhadap pengenalan teknologi pertanian yang baru lebih baik dibanding sebelum WISMP ada, sehingga peningkatan produksi mulai bisa terlihat. Juga dengan dengan diterapkannya mekanisme Gilir Air (Pengaturan Pembagian Air) maka terjadi perluasan lahan sawah dari 612 ha menjadi 692 ha. Meskipun demikian pada musim kemarau dengan berkurangnya debit air sering terjadi pelanggaran mekanisme gilir air, tapi dari tahun ke tahun pelanggaran tersebut semakin berkurang dengan diterapkannya sangsi dan gencarnya sosialisasi gilir air. Mengenai iuran pengelolaan irigasi memang masih relatif kecil yaitu Rp 20.000/ha/tahun. Kenaikan iuran dilakukan secara bertahap setiap tahunnnya seiiring dengan meningkatnya motivasi petani. (OTD 15/02/2010)