Senin, 01 Maret 2010

WOTER WOMAN


Adanya keberlanjutan dan peningkatan kegiatan Wowum (Women Water User manajemen). Wowum yang berarti Peran Wanita dalam Penggunaan Air, bermula dari peran perempuan dalam bidang pengelolaan air irigasi yang digunakan untuk mengairi areal sawah. Pada tahun 1990, P3A Tirta Rahayu Desa Karang Sari Kecamatan Belitang III termasuk dalam program pembinaan penguatan kelembagaan yang dilakukan oleh PTGA (Proyek Tata Guna Air ). Dalam kegiatan tersebut salah satunya adalah kegiatan yang mana perempuan terlibat secara langsung dalam kengelolaan air, terutama air yang digunakan untuk mengairi areal sawahnya. Perempuan yang terlibat langsung / mengerjakan sendiri untuk mengairi sawahnya biasanya mereka para perempuan yang sudah janda. Begitulah asal mula WOWUM diadakan.

Dengan beranggotakan 20 orang yang 50 persennya berstatus janda, melalui Projek PTGA anggota WOWUM diberi pelatihan selama 2 minggu dan silakukan 2 kali. Dalam pelaktihan tersebut di bahas mulai dari apa itu irigasi, cara pengelolaan air ke persawahan, dan lain-lain sehingga anggota mengerti apa yang harus dikerjakan untuk membantu pengelolaan irigasi agar berjalan dengan baik. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan P3A sehingga dengan demikian lebih jelas bagaimana cara para perempuan untuk melakukan kegiatan pengelolaan air.

Pada tahun 1991 Propinsi Sumatera Selatan memberikan bantuan modal sebesar Rp. 1.000.000,- Modal yang digunakan untuk usaha dan sepakat modal tersebut digunakan untuk usaha Simpan Pinjam ( SP ). Untuk menambah modal usaha maka dalam AD/ART ditetapkan anggoya membayar Simpanan Pokok Rp. 5.000,- dan Simpanan Wajib sebesar Rp. 500,-. Setelah berjalan beberapa tahun maka simpan pinjam tersebut berkembang cukup bagus, dan pada akhir tahun 2008 disepakati bagi anggota baru diharuskan membayar Simpanan Pokok sebesar Rp. 20.000,- dan Simpanan Wajib sebesar Rp. 5.000,- perbulan.

Dengan adanya program WISMP kegiatan Wowum ini terus meningkat dan terealisasinya kegiatan pertemuan sebulan sekali tiap tanggal 12 dan pada akhir Desember 2008 terkumpul modal sebesar Rp. 27.332.000,- yang terdiri dari Simpanan Anggota, Modal bantuan dari WOWUM, Titipan P3A dan saat ini jumlah anggota Wowum telah mencapai 74 orang.

Bantuan Dana Dari PERTAMINA


Dengan adanya program WISMP di Kabupaten OKU Timur, ternyata PT Pertamina (Persero) Region II Sumbagsel menaruh perhatian yang sangat besar terhadap petani yang ada di Kabupaten OKU Timur yang salah satu mengadakankerjasama dengan Petani melaui organisasi P3A dan GP3A berupa Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), merupakan wadah yang ada di PT. Pertamina yang menangani dan mengalokasian dana pinjaman bagi masyarakat, terutama ekonomi kecil dan menengah. Dana ini merupakan 2% dari keuntungan PT. Pertamina yang harus disalurkan untuk membantu masyarakat, baik di bidang industri, perdagangan maupun pertanian secara luas. Bunga yang dikenakan sangat kompetitif, yaitu hanya sebesar 0,5% per bulan.

Untuk itu kelompok tani yang tergabung dan ada di beberapa wilayah GP3A Kabupaten OKU Timur mendapatkan kesempatan untuk menggunakan dana tersebut dengan beberapa persyaratan yang perlu di penuhi : mulai dari proposal pengajuan pinjaman, Fotocopy KPT, Kartu Keluarga, Pas foto pengurus dan anggota termasuk istri, dan jaminan atau agunan untuk setiap kelompok. Adapun besar pinjaman dana untuk budidaya tanaman padi yaitu sebesar 3.800.000 rupiah per hektar.

Informasi ini bermula dari pihak Konsultan dari Palembang yang bekerjasama dengan asisten konsultan WISMP IDPIM. Kemudian dengan proses yang cukup mudah karena dibantu oleh Konsultan, telah mengajukan 23 kelompok dengan ajuan dana sebesar Rp. 1,725 milyar, dan terealisasi hanya 30,5% yaitu sebanyak 7 kelompok dengan dana sebesar Rp. 525 juta. Untuk selanjutnya kami mengajukan kembali sebanyak 19 kelompok dan terealisasi sebanyak 14 kelompok dengan nilai pinjaman sebesar Rp. 1,05 milyar. Sedangkan untuk tahap ketiga dari 21 kelompok yang diajukan terealisasi sebanyak 17 kelompok dengan nilai pinjaman sebesar Rp. 1,275 milyar, jadi jumlah keseluruhan dana pinjaman yang dikelola dan disalurkan melalui 38 kelompok sebesar Rp. 2,85 milyar. Ini angka yang bukan sedikit dan menjadi tanggung jawab yang cukup besar untuk mengelolanya, baik mencairan, pelaksanaan dan pengembaliannya. Maka kerjasama dari semua pihak adalah modal utama terlaksananya program ini. Selain pinjaman dana kemitraan dengan bunga murah, juga pihak PKBL PT Pertamina (Perseroan) mengadakan pelatihan-pelatihan yang dapat menunjung keberhasilan program yang ada. Adapun pelatihan yang pernah dilakukan adalah Budidaya tanaman Padi dan Jagung, Managemen, Pelatihanan Belut, Pelatihan Sapi potong dan beberapa pelatihan lainnya. Semua ini melibatkan pihak Konsultan dan kelompok Mitra yang telah dan akan mendapatkan dana kemitraan Pertamina.

Dengan adanya dana kemitraan ini para petani merasa terbantu terutama bagi petani-petani modal kecil, dana ini digunakan untuk biaya garap, pembelian saprodi dan biaya panen.
Untuk kedepannya mudah-mudahan program kemitraan ini dapat berjalan lancar dan berkesinambungan sehingga manfaatnya dapat terus dirasakan oleh masyarakat agar kesejahteraan khususnya petani dapat meningkat.

Rabu, 24 Februari 2010

Dampak Pelaksanaan WISMP di Kab. Gunung Kidul


Di Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) SP. Karanggumuk terjadi pencetakkan lahan sawah baru sekitar 35 ha karena dibuatnya saluran baru sepanjang 549 M yang pekerjaannya dikontrakkan Dinas PU kepada GP3A Manunggal. Sedangkan sumur pompanya dibangun pada tahun 2008 atas biaya APBD Provinsi. Daerah ini sebelumnya hanya merupakan tanah kering/tegalan yang hanya mengandalkan air tadah hujan. (berdasarkan keterangan yang diberikan Pak Sarnodi selaku Ketua GP3A Manunggal pada saat konsultan IDPIM melakukan monitoring di kab. Gunung Kidul tanggal 17 Februari 2010).

Di Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) SP. Karanggumuk ini juga ditemui keberhasilan salah satu petani yang akrab dipanggil bu Ani. Bu Ani telah menggarap lahan sawah seluas 5 ha dengan berbagai tanaman padi pada musim penghujan dengan produktivitas sebesar 9-10 ton WKP per hektarnya dengan harga jual sebesar 1700 per kg, yang sebelum adanya program WISMP kawasan ini hanya ditanami ubi kayu. Untuk tanaman holtikultura pada waktu musim kemarau malahan memberikan hasil yang sangat menggembirakan terutama untuk tanaman jagung manis yang dipanen muda dengan produktivitas 60.000 tongkol dengan hargajual Rp 500 per tongkol dn batangnya untuk pakan ternak yang dijual denga harga Rp 200 per batang. Ini merupakan hasil ganda baik dari jagung maupun batangnya serta mempermudah petani dalam memberikan pakan pada ternak peliharaannya. Kalau dihitung-hitung, pendapatan dari usaha tani jagung manis ini adalah sebagai berikut:

Pendapatan dari jagung manis: 60.000 x Rp 500,- = Rp 30.000.000,-, sedangkan pendapatan dari batang jagung manis untuk pakan ternak: 60.000 x Rp 200,-= Rp 12.000.000,-. Sehingga total pendapatan dari usaha tani jagung manis adalah Rp 42.000.000,-

Selain itu untuk mengantisipasi manakala harga jagung manis turun, ibu Ani juga menanam sayuran seperti cabai merah, kacang panjang, terong dan timun yang dipasarkan sendiri ke pasar induk di kota Jogjakarta. Hal ini juga ternyata memberikan kontribusi pendapatan yang cukup menggembirakan. Hal ini merupakan wujud nyata peningkatan pendapatan petani melalui usaha tani yang mereka lakukan. Cerita keberhasilan diatas tidak terlepas dari bimbingan dan pendampingan yang dilakukan TPM di P3A Karanggumuk. Karena itu para petani berharap bahwa program pendampingan yang dilakukan oleh TPM tidak terbatas waktunya (hanya 6-7 bulan efektif), sehingga pada saat P3A membutuhkan TPM selalu ada untuk siap membantu. (OTD 23/02/2010)

Senin, 15 Februari 2010

Monitoring IDPIM ke Kabupaten Magelang


Pada hari kamis 11 Februari 2010, tim IDPIM mengadakan kunjungan ke kabupaten Magelang. Kunjungan diawali dengan pertemuan di kantor Bappeda Kabupaten Magelang yang dihadiri oleh Bp. Fahrul (Bappeda), Bp. Mirza Sidarta (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Kehutanan), Bp. Octavianus TD (IDPIM Jakarta), Bp. Sudjar (PTL IDPIM Jawa Tengah), Bp. Sunaryo (Monev Specialist), Bp. Wahyu Widodo (Community Develp. Specialist) serta Bp Ferly dan Ibu Rifa (asisten IDPIM Jawa Tengah). Pertemuan dilanjutkan ke Daerah Irigasi Sidandang untuk menemui pengurus GP3A Rukun Tani.
Dari hasil pertemuan dapat dijelaskan beberapaha hal sebagai berikut:
  1. Bp Fahrul (Bappeda) menjelaskan bahwa diharapkan 2010 mendapat penambahan pagu anggaran agar program kegiatan yang sudah direncanakan melalui AWP dapat direalisasikan. Di TA.2009 baru bisa melaksanakan pelatihan PSETK di bulan Oktober 2009, sedangkan pelaksanaan penyusunan PSETK tidak bisa dilaksanakan karena dikhawatirkan tidak bisa melakukan pencairan dana mengingat terlalu dekatnya batas akhir pencairan dana. KOMIR sudah terbentuk pada awal 2009 tapi belum operasional. Direncanakan kegiatan perkuatan Komir di tahun anggaran 2010 melalui APBD.
  2. Bp. Mirza Sidarta (Dinas Pertanian) menjelaskan bahwa setelah 2 tahun WISMP berjalan dapat dilihat bahwa Kelembagaan P3A yang pada umumnya dimasa lalu hanya sekedar papan nama, saat ini sudah dapat dilihat aktivitasnya, bahkan sudah menjadi sumber harapan baru bagi petani di kabupaten Magelang. Selain itu melalui WISMP, dimungkinkan adanya sinergi antara fungsi distribusi air dan fungsi peningkatan kualitas usaha tani sehingga mendorong petani untuk menjadi anggota P3A guna mewujudkan kelembagaan petani yang tangguh. Di Daerah Irigasi Sidandang, ada pengucuran dana dalam bentuk KSO ke GP3A Rukun Tani senilai 50 juta untuk pekerjaan lining tersier yang menghasilkan 292 m saluran dari 235 m yang disepakati dalam perjanjian pekerjaan (hasil pekerjaan terlihat dalam gambar disamping atas). Dinas Pertanian banyak mendapat manfaat dari keberadaan TPM terutama berkaitan dengan proses revitalisasi P3A/GP3A. TPM juga membantu berjalannya organisasi P3A/GP3A. Telah dilakukan revitalisasi 42 P3A, 3 GP3A, serta pembentuka LEPLI di 3 desa yaitu desa Windusari, desa Banjarsari, dan desa Sumberarum. Proses legalisasi melalui penetapan badan hukum di Pengadilan Negeri terhadap 3 GP3A dan 12 P3A. Pada tahun 2010 direncanakan merealisasikan 2 dana investasi Agribisnis ke GP3A Rukun Tani yaitu untuk Pengolahan dan Pengemasan Beras, juga untuk Industri Kecil Tepung Ubi Jalar.
  3. Pak Rohmat Budiono (Pengurus GP3A Rukun Tani) menjelaskan bahwa Pemilihan Ketua/Pengurus GP3A yang baru dilaksanakan secara demokratis melalui voting diantara P3A yang hadir. Penerapan teknologi hemat air melalui teknologi budidaya SRI. Manfaat yang dirasakan setelah diterapkannya teknologi ini adalah Bertambahnya daya jangkau air, peningkatan produktivitas menjadi 5,9 ton/ha dari produktivitas semula 4,46 ton/ha, terjadi pula peningkatan produksi rata-rata sebesar 1,54 ton/ha, tambahan penghasilan Rp 771.140 / tahun, atau sejumlah Rp 308.456 / musim panen yang dinikmati oleh 675 KK. Telah terjalin kemitraan dengan PT. Branita Sandhini untuk memproduksi benih jagung.
  4. Muchlasi (TPM) memberi keterangan bahwa Respons terhadap pengenalan teknologi pertanian yang baru lebih baik dibanding sebelum WISMP ada, sehingga peningkatan produksi mulai bisa terlihat. Juga dengan dengan diterapkannya mekanisme Gilir Air (Pengaturan Pembagian Air) maka terjadi perluasan lahan sawah dari 612 ha menjadi 692 ha. Meskipun demikian pada musim kemarau dengan berkurangnya debit air sering terjadi pelanggaran mekanisme gilir air, tapi dari tahun ke tahun pelanggaran tersebut semakin berkurang dengan diterapkannya sangsi dan gencarnya sosialisasi gilir air. Mengenai iuran pengelolaan irigasi memang masih relatif kecil yaitu Rp 20.000/ha/tahun. Kenaikan iuran dilakukan secara bertahap setiap tahunnnya seiiring dengan meningkatnya motivasi petani. (OTD 15/02/2010)

Senin, 25 Januari 2010

Monitoring IDPIM ke Kabupaten Gowa - Sulawesi Selatan


Pada tanggal 14 Januari 2010, tim konsultan IDPIM yang diwakili Octavianus TD (MIS Spec.) dan Hanggung ES (Financial Mngmt Spec.) mengadakan kunjungan ke kab. Gowa. Pertemuan diadakan di kantor Bappeda Kabupaten Goa dengan dihadiri oleh Bp. Bakir (Bappeda Kab Goa), Ibu Hj. Nurhaedah, ST (Dinas PSDA), Bp. Moni (Dinas PSDA) Bp. Muksin Tahir (Dinas Pertanian), Bp. Syamsul Alam (KTPM), Bp. Abdul Madjid (GP3A Assamaturu). Dari hasil pertemuan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
  1. Bp Bakir (Bappeda Kab. Gowa): Dinas Pengairan/PSDA seringkali sulit dikoordinasi oleh Bappeda ini terbukti dengan tidak maunya AWP 2009 Dinas PSDA untuk ditandatangani oleh Bappeda selaku PMU.

  2. Bp Syamsul Alam (KPTM Kab Goa): Sebagai wujud dari keberhasilan dari implementasi Perda Irigasi adalah tingkat kesadaran yang tinggi dari warga petani untuk tidak membuang sampah di saluran irigasi.
  3. Bp. Abdul Madjid dari GP3A Assamaturu menjelaskan beberapa hal sebagai berikut bahwa GP3A sudah mempunyai akses ke perbankan; Sudah ada koordimasi antara GP3A dengan aparatur desa; Kerjasama dengan Dinas Pasar dalam bentuk Pasar Tani; Dana investasi pertanian digunakan untuk gulungan pad beserta lantai jemurnya; GP3A Assamaturu telah melakukan kontrak kerjasama dengan Dinas PSDA untuk pekerjaan perbaikan saluran sekunder sepanjang 30 M dengan nilai fisik kontrak Rp 12.250.000. Dari hasil kontrak dengan GP3A ini dihasilkan perbaikan 41 M saluran yang 10 M lebih panjang dari yang disepakati dalam kontrak.

  4. Bp Syamsul Alam (KPTM Kab Gowa): Sebagai wujud dari keberhasilan dari implementasi Perda Irigasi adalah tingkat kesadaran yang tinggi dari warga petani untuk tidak membuang sampah di saluran irigasi.

  5. Ibu Hj. Nurhaedah, ST (Dinas PSDA) mengemukakan bahwa selama tahun anggaran 2009 telah melakukan kontrak kerjasama dengan 10 GP3A.

  6. Bp. Muksin Tahir (Dinas Pertanian): Pada tahun anggaran 2009 sudah melegalisasi 30 GP3A di 6 Daerah Irigasi (DI).

Kamis, 12 Februari 2009

Urgensi Penanganan Bencana Akibat Air

Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Yang terjadi adalah pada musim kemarau terjadi kekeringan dan jika musim hujan tiba terjadi banjir dimana – mana. Permasalahannya kenapa kita tidak mampu mengelola/mengatur air sedemikian rupa sehingga tidak terjadi banjir pada musim (pencegahan bahaya banjir) dan pada musim kemarau kita masih memiliki cadangan air.
Masalah banjir dan kekeringan tidak selesai atau tuntas, salah satunya disebabkan cara pandang sebagian besar masyarakat mengatakan bahwa banjir adalah hal yang biasa, demkian juga mengenai kekeringan di musim kemarau. Cara pandang sebagian besar masyarakat ini sangat menghambat dalam mencarikan solusi tentang banjir. Seharusnya cara pandang yang benar adalah banjir itu akibat ulah manusia sehingga dapat diatasi demikian juga mengenai kekeringan asal ketersediaan air dapat dikelola dengan baik.
Pola – pola lama dalam penanganan kekeringan dan banjir harus kita tinggalkan dan mencari model baru yang lebih komprehensif serta berkualitas. Memang kita (PNS) sudah bekerja keras tetapi hasilnya belum memuaskan sehingga masih tetap saja terjadi banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Oleh karena itu diperlukan upaya – upaya yang sinergis melalui: a) Mengajak banyak – banyak orang untuk tertarik kemudian bertindak untuk mencegah terjadinya banjir. Semakin banyak orang tahu tentang air dan irigasi akan semakin mempercepat penangan masalah yang ditimbulkan oleh air. Contoh kecil membuat resapan air di masing – masing halaman rumah; b) Air adalah bom waktu yang sewaktu – waktu akan merusak dan menghantam kita, segera lakukan pencegahan; c) Meningkatkan komitmen pemda melalui pembekalan terhadap semua Kepala Daerah dan anggota legislatif; d) Membentuk komunitas irigasi mulai dari pusat sampai daerah, yang bertujuan untuk sharing informasi, melakukan kampanye terhadap masyarakat tentang “Arti dan Pentingnya Air dan Irigasi”; e) Menggelorakan dan membangkitkan semangat penanganan air bagi birokrat, LSM, dan politikus. (sgt/03/02/09).

Monitoring dan Evaluasi Yang Salah Kaprah

Program WISMP sesungguhnya program strategis dengan focus partisipasi. Inti program ini adalah capacity building dengan harapan setelah program WISMP berakhir metode yang digunakan tetap diterapkan sebagai tugas rutin.

Berbagai target telah ditetapkan dalam loan agreement, bahkan monitoring World Bank mission juga mempertegas target-target yang harus dicapai selama program berjalan. Untuk mengetahui tingkat capaian target perlu dilaksanakan monitoring, sedangkan untuk mengetahui kualitas target perlu dilaksanakan evaluasi.

Sebenarnya untuk mengetahui indikator capaian target telah diakomodir dalam Project Management Manual (PMM), namun proses pelaksanaan monitoring dan evaluasi belum bisa dilakukan secara optimal. Hal ini disebabkan adanya ketidak sinkronan antara konsep monev dengan kenyataan yang dilaksanakan.

Dari tahun ke tahun memang ada program monev, namun dalam komponen anggaran untuk monev yang diakomodir dalam DIPA, baik di PPMU maupun KPMU hanya bersifat perjalanan dinas. Pemahaman monev yang substansial belum nampak jelas, karena justru substansi monev tidak ada anggaran seperti penyusunan instrument monev, pengumpulan data, prosesing data, lokakarya dan pelaporan. Sebenarnya ada apa dibalik itu? Kurang pemahaman atau memang salah kapra dalam memahami monitoring dan evaluasi.


Ada anek dot yang berkembang WISMP= Wisata Sambil Menyusun Program, barangkali anek dot ini benar, jika dilihat sisi budgeting monev. Mengapa bisa terjadi, siapa yang salah?

Sebenarnya hasil monev dapat digunakan sebagai “lesson learned” untuk perbaikan masa mendatang, baik program maupun metoda yang digunakan.
Hasil monev TA. 2008 sudah ada, baik Perda tentang Irigasi, Komir, TPM/KTPM, Luas DI sebagai cakupan WISMP, jumlah P3A/ GP3A/IP3A.

Ada satu hal yang belum disentuh yaitu perkuatan KPL, padahal di PMM maupun Aide of memoire sudah jelas KPL perlu ditumbuhkembangkan dan disiapkan, agar setelah masa pendampingan TPM berakhir, fungsi TPM digantikan oleh KPL.
Dari hasil tersebut belum ada tindak lanjut pada TA. 2009. Sebagai contoh Komir belum semua Provinsi dan Kabupaten dibentuk/revitalisasi, namun di LK TA. 2009 tidak diakomodir, demikian Perda irigasi, identifikasi kebutuhan dan sosialisasi DPI, SK Gubernur/Bupati tentang Redefinisi tugas KPI dsb. Pada hal hal tersebut merupakan target yang harus dicapai WISMP sesuai loan agreement. Oleh karena itu kami usulkan kepada Direktorat Bina Bangda program-program tersebut dapat diakomodir pada TA. 2009, baik melalui DAK maupun DAU. (tjo - IDPIM Jabar 05/02/09)